Mataku masih terpaut, terpejam...
Menyelami poros-poros air mataku...
Mengalir, betapa hangatnya...
Luka yang baru saja menganga...
Oleh belati manismu...
Aku masih terpejam...
Terlalu takut menyongsong kenyataan...
Kita tlah usai...
Aku pengecut untuk berhenti terpejam...
Untuk melihat senyummu, yang bahagia mampu lumpuhkan hatiku...
Aku tak sanggup untuk itu...
Bagiku, terpejam adalah hal termulia untuk selamatkan hatiku dari kehancuran...
Hanya dengan terpejam, agar aku tak tau...
Apa yang terjadi setelah kau pergi...
Sampai saat harus mengucapkan salam terakhirpun...
Aku harus tetap terpejam...
Tersenyum... Dan hanya menangis...
Agar aku tak lihat...
Pergimu...
Menyelami poros-poros air mataku...
Mengalir, betapa hangatnya...
Luka yang baru saja menganga...
Oleh belati manismu...
Aku masih terpejam...
Terlalu takut menyongsong kenyataan...
Kita tlah usai...
Aku pengecut untuk berhenti terpejam...
Untuk melihat senyummu, yang bahagia mampu lumpuhkan hatiku...
Aku tak sanggup untuk itu...
Bagiku, terpejam adalah hal termulia untuk selamatkan hatiku dari kehancuran...
Hanya dengan terpejam, agar aku tak tau...
Apa yang terjadi setelah kau pergi...
Sampai saat harus mengucapkan salam terakhirpun...
Aku harus tetap terpejam...
Tersenyum... Dan hanya menangis...
Agar aku tak lihat...
Pergimu...
oleh Aazie Zhaa Mothaa pada 7 Juli 2012 pukul 18:05 ·
Ya Allah , terimakasih akhy ,, :)
ReplyDeletesama sama ukhti...
ReplyDelete